“love me like you dooo... oooo... love me like you doooo.....”
Tata : “sar, inget ga akong bilang kamu tuh ga bakal bisa
jadi penyanyi. Suara kamu jelek!”
Wina : “hahaha... akong bilang dia bakal punya suami dua
cik.”
Sari
: “iya yah, kongkong (lauya) sama akong (yang juga lauya) bilang aku bakal
punya suami dua. Napa mereka berdua ramal aku kayak gitu yah?”
santi : “kamu sih gak bole sampai cerai sama heri lho. Dia sayang
banget sama kamu tuh.”
Wina : “tapi akong punya ramalan tak pernah meleset ya cik.”
Sari : “angan sampe lah ya. Aku tak mau.”
Kira-kira begitulah penggalan dialog antar kakak beradik didalam
mobil yang saya kemudikan. Keluarga ini memang dari orang tua, besan, mertua,
anak sampai ke cucu-cucunya semua percaya sama lauya ( dukun ). Klo ada yang
sakit, perginya ke lauya. Klo cucunya yang kecil semaleman nangis dan tidak mau
tidur, besoknya bawa ke lauya. Klo ada adiknya yang mau berpergian, sehari
sebelumnya ke lauya. Mau pindah rumah atau toko, semua nya ke lauya. Oke, sebagai
orang yang ga juga religius banget, saya lebih milih untuk ga ikut-ikutan klo
mereka sudah bahas tentang hal-hal seperti itu.
Dan mereka bukan keluarga pertama yang saya liat memiliki kepercayaan
terhadap lauya. Ada juga sebuah keluarga ketika saya masih kuliah di pulau
jawa, teman baru saya tiba-tiba melarang saya untuk kerumahnya dan memilih untuk bertemu diluar rumahnya, hanya
karena Ibu nya meminta tukang ramal untuk “membaca” karakter saya dan
peruntungan keluarga mereka jika ada salah satu anaknya yang berteman dengan
saya. Menurut si tukang ramal, saya itu tidak akan menjadi orang sukses dan
kaya. Jadi mereka memutuskan untuk melarang anaknya berteman dengan orang yang
tidak akan sukses seperti saya. Apakah si ibu pernah bertemu dan ngobrol sama
saya sebelum dia ke tukang ramal? Jawabannya Belum Pernah. Wow kan yah. Awalnya
saya sempat merasa tersinggung karna langsung diCap sebagai orang yang tidak
akan sukses.
Dan beberapa minggu kemudian si ibu tiba-tiba menelpon saya
dan mengundang saya kerumahnya. Makin bingung lah saya. Setelah saya tanya
teman saya itu, ternyata si ibu pergi ke tukang ramal dan bilang mereka harus
menjalin hubungan dengan saya karna masa depan saya sangat cerah, saya akan
sangat sukses, dan kaya raya. Dan berhubung saya orangnya baik hati, maka orang
didekat saya juga akan ikut merasakan kesuksesan saya. Lucu bukan?
Saya ingat 25 tahun lalu kakek saya pernah mengelus
kepala saya dan berkata, “dek, apapun yang orang ramal tentang kamu nanti, jika
itu ramalan yang baik, anggap sebagai doa dan katakan Amin. Sehingga seluruh
semesta tau dan mengaimini hal baik itu ke kamu. Jika itu ramalan yang buruk,
anggap sebagai pengingat agar kamu tidak menjadi orang seperti yang mereka
ramalkan. Karna jadi apapun nanti kamu, itu adalah hasil kerja keras dan
doa-doa kamu dan orang-orang yang menyayangi kamu.”
No comments:
Post a Comment