Monday, December 21, 2015

Jatmiko

"Kenapa harus Miko?"

"Kenapa tidak?" ucapku sambil mencomot sebiji kue nastar yang tadi dibawa oleh Diah. Makanan kesukaanku ini pasti selalu jadi senjata setiap kali sahabatku ini ingin mengorek informasi dariku.

"Miko kan penulis lagu yang cukup bagus. Meskipun belum mendunia." lanjutku

"Tapi, Ren..."

" Tapi Ren, Miko itu kan MANN...TAN kamu! Gitu maksud kamu?" potongku mencoba menebak arah ucapan Diah.

"Hhhhh. Iya!"

"Jadi kalo udah mantan ga boleh kolaborasi gitu? Ga boleh kerja bareng? Pantesan aja Anang sama Krisdayanti udah ga duet lagi. Padahal lagu duet mereka berdua bagus bagus. Bandingin sama duet Anang dan Ashanti coba."

"Ya jangan dibandingin dong."

"Kenapa ga boleh?"

"Lagian ya, hasilnya pasti beda, Ren. Dulu kan mereka punya perasaan untuk satu sama lain. Sekarang kan udah pisah. Chemistrynya udah ga ada pasti."

"Ya dibangun. Dulu bisa, kenapa sekarang ga bisa?"

"Ngebangun chemistry itu sama aja ngegali lobang. Lobang yang namanya CLBK."

"Itulah salahnya. Kalau chemistry di dunia seni melulu harus ditindaklanjuti di dunia nyata, apa jadinya? Masa iya setiap ada film baru, pemerannya kemudian jadi menikah? Bukan akting itu namanya. Bayangin seorang Reza Rahadian udah adu akting sama siapa aja? Banyak bener istrinya nanti."

"Itu kan dunia akting. Kamu kan di dunia musik."

"Sama aja esensinya."

"Tapi..."

"Pokoknya gini ya Di, Miko pikir musik yang aku buat, bagus. Terus dia tanya boleh atau ngga dia pakai dan buat liriknya. Aku oke. Anggota bandnya oke. Produser oke. Lirik yang dibuat Miko pun oke banget. Pas dengan yang ada di angan aku. So, what?"

Diah diam. Matanya melirik ke langit-langit kamarku. Aku masih asik mencomoti nastar yang kini tinggal setengahnya.

"Kamu juga nyanyi? Duet gitu?"

"Sedang mengarah ke sana. Tapi buat aku, ngga masalah. Karakter suara Miko bisa masuk kok di lagu itu. Jadi kalau pada akhirnya diputuskan dia isi lagu sendiri, oke oke saja."

"Tanggapan Ivan gimana?"

Aku berhenti mengunyah. Lalu memejam sebentar.

"Aku, menjalin hubungan dengan Miko jauh sebelum bertunangan dengan dia. Bahkan jauh sebelum aku berpacaran dengan dia. Dia tau banget bagaimana hubungan aku dan Miko. Dia taulah kalau aku juga ngga mungkin menghilangkan jejak Miko di hidup aku. Jejak itu ada. Dan ngga mungkin dihapus. Ivan mengerti itu. Harusnya."

"Dia ngga marah?"

"Ya ampun, Di. Aku sama Miko tuh nulis lagu bareng. Bukan tidur bareng!"

"Tapi..."

"Udah!" ucapku seraya mengangkat tanganku.

"Aku cuma akan ngomong ini sekali ya. Aku sama Miko, udah berakhir. Mau seindah apapun hubungan kami dulu, itu masa lalu. Masa lalu ngga mungkin bisa mengejar masa sekarang. Dengan aku kerja bareng dia, ngga berarti aku mengais2 puing masa lalu. Intinya? Intinya, aku ngga hidup dalam kenangan. Tapi kenangan hidup di dalam diri aku. Pahami perbedaannya."

"Tapi..."

"Pssssttt !!" aku mengacungkan jari telunjukku ke arah Diah.

"Tuh, mending nonton Mulan Jameela lagi nangis nangis di Youtube. Lebih seru ketimbang urusan aku sama Miko."

Diah mendengus kesal. Lalu kami berdua sama-sama diam. Cuma sayup sayup terdengan suara Mulan yang mengaku kuper di masa sekolah dulu...

No comments:

Post a Comment