Tuesday, March 14, 2017

Diamku

Diamku karena mencintaimu.
Mencintaimu dalam diam karena segala yang riuh sudah kulakukan. 
Mencintaimu dalam sunyi seperti suasana malam di bagian sepertiganya.
Kamu adalah kesepianku di saat aku lelah dengan segala bentuk keramaian.

Diamku karena merindukanmu.
Aku sudah tak sanggup lagi melantangkan suara rindu.
Aku hanya ingin bertemu, memelukmu sampai berpeluh.
Tanpa ada kata-kata, tangis dan tawa.
Merasakan dan menikmatimu dalam diam, dengan mata terpejam, dan dengan sebaris senyuman.

Diamku karena mendengarkanmu.
Aku sangat menikmati saat kamu bercerita.
Tutur kata yang berirama, membentuk nada tinggi berapi-api diselingi nada rendah penuh nasihat.
Sungguh tidak layak bagiku untuk menyanggah dalam ribuan komentar.
Diamku sangat terpuaskan hanya dengan mendengar, menyimak, dan menatapmu dengan penuh takjub.

Sejujurnya, bibir ini tidak malas untuk berbicara, berteriak, dan bergunjing.
Sejujurnya pula, bibir ini tidak enggan untuk mencaci, menghasut, dan berbisik-bisik.
Kamu dan kalian terganggu dengan diamku?
Semoga saja tidak.
Karena berbicara di waktu dan tempat yang benar adalah berlian.
Sedangkan berbicara di waktu dan tempat yang salah adalah sia-sia.