Wednesday, September 30, 2015

Watch who you flirt with



" Jawaaabb, Raann..!!"

Lalu aku mengejang, setelah kurasakan aliran seribu volt mengalir melalui pinggangku.
Pandanganku mengabur, lalu hitam.
Sedetik kemudian aku terbangun di tempat lain. Sebuah restoran.
Di depanku ada segerombolan orang yang tengah duduk mengelilingi meja. Aku seperti mengenali mereka. Tapi..., aku juga melihat wajahku di antara gerombolan itu. Refleks aku menyentuh wajahku. Masih terus memperhatikan dia yg sangat mirip denganku.
Tunggu...! Aku mengenali tempat ini. Aku pernah berada di tempat ini. Dia memang aku! Dan aku mengenal semua yang duduk mengelilingi meja itu. Apa ini? Apa yang terjadi?
" Iya, aku memang selalu berusaha mempersiapkan kebutuhan dia sebisa aku." Di antara suara bising,di antara obrolan ngalor ngidul dari semua yang ada di meja itu, aku mendengar gadis yang duduk di depan aku , berkata dengan mata yang menunduk. Tak berani menatap ke depan. Tak berani menatap aku yang menatap penuh minat ke arahnya.
" Dia beruntung punya kamu. I wish i have a girl like you." Ucapku sambil melontarkan senyum paling manis, masih terus menatap kedua matanya. Sementara gadis itu, Fika,semakin menunduk.

Pemandangan itu lalu mengabur.

**

"Bangun!"
Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku. Pipiku terasa panas oleh tamparan tamparan yang belum berhenti mendarat.
Aku ingin berucap, tapi bibirku terkatup rapat tak bisa bergerak. Tertutup.
"Terlalu enak buatmu jika hanya segini saja"

Zzzzzzzttttttt

aku kembali merasakan sengatan di pinggangku. Pandanganku kembali mengabur, lalu hitam.
Aku terbangun di keramaian. Sebuah pasar malam.  Lagi2 aku melihat aku di sana. Berjalan di tengah tengah 2 orang gadis. Di sebelah kanan, gadis yg sebelumnya aku lihat, Fika.
Mereka berjalan bersisian sambil ngobrol. Tiba tiba aku melintangkan melintangkan tangan kanan di depan Fika. Menghalangi seorang pria muda yang berjalan sembrono, agar tak sampai bertubrukan dengan Fika. Secara refleks, Fika langsung bergeser agak ke kiri, berlindung di balik punggungku.
Kemudian pemandangan itu kembali buyar.

**zzzzztttttttt**

"Aku naik taksi aja biar ga ribet. Dia ga bisa jemput."
"Aku temenin sampe kamu dapet taksi. Lebih enak nunggu berdua kan. Kata acha septriasa aja berdua lebih baik."

**zzzzztttttttt**

"Nih, minum. Kamu pasti haus dari tadi kepanasan."
"Loh, buat kamu mana?"
"Ga pa pa. Lebih penting kamu."

***zzzzzzttttt***

"Kamu jangan sedih dong. Aku patahhati loh liat kamu sedih gini"

****zzzztttttttt***

"Kenapa janjiannya di taman?"
"Ngembaliin kamu ke habitatnya. Bunga kan harusnya adanya di antara bunga2 yg lainnya."

.......
"Bangun, Ran!"
Aku megap megap ketika tamparan keras kembali mendarat di pipiku.

"Siapa kamu?"
Dia tersenyum sinis.
"Aku? Aku hanya ingin kamu menyampaikan salamku pada Fika."
"Fika?"
"Iya. Fika. Kekasihku yang baik. Kekasihku yg polos. Sampai kau datang ke hidupnya. Kekasihku yang terombang ambing antara buaian kata2mu, dan tuntutan hatinya untuk tetap setia kepada kekasihnya. Kekasihku, yang juga mengalami apa yang kamu rasakan tadi. Nikmat bukan sengatan2 tadi?"
"Hehh, maksud kamu apa? Sampaikan sendiri sana!"
"Ngga bisa. Karena kamu lah yang akan menyusulnya."

Lalu dia mengambil sesuatu dari balik kantong celananya. Sebuah korek.
Secara samar samar, hidungku mulai mencium bau menyengat dari sekelilingku.
Bensin.



2 comments:

  1. kakak..anak gadget banget ya, kata ulangnya pake 2. hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Wah iya, baru nyadar. Padahal udh ngewanti2 dlm hati jangan nulis ala texting. Ternyata tetep aja kebawa, apalagi kl ngetiknya pake hape. Kaya begini ini nih. Terima kasih diingetin yaa.

      Delete