That is the
question.
Sebenarnya
saya juga bukan tipe orang yang flirtatious but I had my moments. It was fun
and addictive, actually. Sayangnya, kalau kebablasan, flirting bisa
mengakibatkan banyak pihak merencanakan pembunuhan akun (baca: deactivate) atau
pengebirian hak follow akun (baca: block). Jadi, demi menghindari berkurangnya
follower dan menjaga hak untuk stalking secara legal, sebaiknya Anda harus tahu
kapan, bagaimana dan siapa yang boleh diflirting secara aman.
Kapan?
Tidak ada
waktu yang benar-benar tepat untuk melakukan flirting. Anda harus pandai
membaca situasi. Misal, sehabis makan siang atau sehabis rapat, atau yang
paling mainstream, sembari buang air besar di toilet. You’ll be surprised to
find out how many persons on earth having their “me time” jongkokly inside of a
WC jongkok. This is the reason of the high statistic of cellphones fallen into the
toilet. Seriously!
Bagaimana?
Para ahli
menyarankan agar flirting dilakukan sambil terjaga di alam sadar, yang tentunya
didukung oleh gizi yang cukup supaya flirting Anda sehat bagi tubuh Anda.
Agar lebih sehat, Anda bisa mencoba flirting sambil senam, jogging, angkat
barbel atau berenang. Namun saya ingatkan, aktivitas terakhir tidak hanya
memerlukan dukungan ponsel canggih tahan air namun kemahiran berenang tingkat
tinggi yang mampu menjaga Anda tetap ngambang sambil ngetweet. Jangan coba-coba
melakukannya pertama kali di kedalaman 5 meter apalagi bila Anda tidak bisa
berenang seperti saya. Anda akan memerlukan perangkat pendukung seperti
pelampung atau pelatih renang yang kece.
Siapa?
Terdapat
perbedaan pendapat di antara para ahli mengenai hal ini terkait dengan etika
moral mem-flirting pacar orang. Ada ahli yang mengatakan bahwa siapa saja
boleh, despite the couple status. Namun ada ahli yang mengatakan flirting hanya
boleh dilakukan pada mereka yang couple-less alias jomlo. Hal ini didasarkan
pada resiko-resiko yang dapat ditimbulkan akibat mem-flirting seseorang yang
berpasangan yakni pelabrakan oleh pasangannya, pembician di media sosial oleh
teman-teman si pasangan, dan tentu saja dua hal yang sudah saya sebutkan di
paragraf pertama di atas.
Jadi
kesimpulannya? Semua kembali pada pilihan Anda masing-masing, yang sesuai dengan
nilai-nilai yang Anda yakini dan junjung dalam hidup Anda. So, to flirt or not
to flirt? Well, I’d say flirt with style! Have a safe and healthy flirting!
Yeay!
No comments:
Post a Comment