Tuesday, September 29, 2015

To flirt or not to flirt

That is the question.

Sebenarnya saya juga bukan tipe orang yang flirtatious but I had my moments. It was fun and addictive, actually. Sayangnya, kalau kebablasan, flirting bisa mengakibatkan banyak pihak merencanakan pembunuhan akun (baca: deactivate) atau pengebirian hak follow akun (baca: block). Jadi, demi menghindari berkurangnya follower dan menjaga hak untuk stalking secara legal, sebaiknya Anda harus tahu kapan, bagaimana dan siapa yang boleh diflirting secara aman.

Kapan?

Tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk melakukan flirting. Anda harus pandai membaca situasi. Misal, sehabis makan siang atau sehabis rapat, atau yang paling mainstream, sembari buang air besar di toilet. You’ll be surprised to find out how many persons on earth having their “me time” jongkokly inside of a WC jongkok. This is the reason of the high statistic of cellphones fallen into the toilet. Seriously!

Bagaimana?

Para ahli menyarankan agar flirting dilakukan sambil terjaga di alam sadar, yang tentunya didukung oleh gizi yang cukup supaya flirting Anda sehat bagi tubuh Anda. Agar lebih sehat, Anda bisa mencoba flirting sambil senam, jogging, angkat barbel atau berenang. Namun saya ingatkan, aktivitas terakhir tidak hanya memerlukan dukungan ponsel canggih tahan air namun kemahiran berenang tingkat tinggi yang mampu menjaga Anda tetap ngambang sambil ngetweet. Jangan coba-coba melakukannya pertama kali di kedalaman 5 meter apalagi bila Anda tidak bisa berenang seperti saya. Anda akan memerlukan perangkat pendukung seperti pelampung atau pelatih renang yang kece.

Siapa?

Terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli mengenai hal ini terkait dengan etika moral mem-flirting pacar orang. Ada ahli yang mengatakan bahwa siapa saja boleh, despite the couple status. Namun ada ahli yang mengatakan flirting hanya boleh dilakukan pada mereka yang couple-less alias jomlo. Hal ini didasarkan pada resiko-resiko yang dapat ditimbulkan akibat mem-flirting seseorang yang berpasangan yakni pelabrakan oleh pasangannya, pembician di media sosial oleh teman-teman si pasangan, dan tentu saja dua hal yang sudah saya sebutkan di paragraf pertama di atas.

Jadi kesimpulannya? Semua kembali pada pilihan Anda masing-masing, yang sesuai dengan nilai-nilai yang Anda yakini dan junjung dalam hidup Anda. So, to flirt or not to flirt? Well, I’d say flirt with style! Have a safe and healthy flirting! Yeay!


No comments:

Post a Comment