Tuesday, September 15, 2015

Tentang Cinta


‘Cinta adalah kebahagian yang bergetar’ itulah pengertian tentang cinta yang pertama kali saya tahu. Sebuah filsafat cinta dari Khalil Gibran yang saya baca ketika saya baru saja menyelesaikan masa orientasi siswa di tingkat menengah. Kebahagiaan dan getaran, kedua kata tersebut kemudian menjadi kiblat saya untuk mendefinisikan arti kata cinta dikemudian hari. Tapi setelah beberapa kali mengalami jatuh cinta dan patah hati, definisi kata cinta saya bermetamorfosa. Saya pernah terpuruk karena cinta, dan itu adalah masa terburuk dalam hidup saya. Terburuk, setidaknya itu yang saya rasakan, lalu saya sadar, semua orang pernah punya masa masa terburuk dihidupnya tapi mereka bangkit dan pulih, ini cuma masalah perputaran hidup. Begitupun dengan saya. Saya jatuh cinta lalu patah hati dan dilain waktu saya menemukan cinta yang baru dan mungkin patah hati lagi, begitu seterusnya. Dalam hidup, cinta datang dan pergi, saya cuma harus belajar menyikapi perputaran itu. 

Dulu, pertama kali cinta menyentuh saya, saya begitu euforia dengan sensasinya, ketagihan dengan getarannya, saya lupa semua perasaan itu mempunyai resiko dan saya terlalu naif untuk mengakui kalau cinta punya dua sisi, kedua sisi yang mempunyai rasa seperti madu dan racun. Saya terobsesi dengan manisnya madu dan menolak keberadaan racun yang pada akhirnya membuat saya kebal oleh rasa manis. Saya lupa, terlalu banyak rasa manis bisa mengubah rasa manis itu sendiri menjadi pahit, pahit seperti rasa racun yang selama ini saya abaikan. Dan racun itu menyebar cepat merekayasa hati dan pikiran, juga melemahkan logika saya. Racun dan saya, kami menyatu, hati saya terinfeksi. Di khianati oleh manisnya madu dan mulai terbiasa oleh pahitnya racun, saya menyusun strategi baru. Saya mencoba bersahabat dengan racun, dari rasanya yang getir saya mempelajari sifatnya, dan mengubah cara pandang saya tentang rasa manis madu yang selalu saya agung agungkan. Pendekatan saya berhasil, memanfaatkan pahitnya racun sebagai penawar dari manisnya madu membuat saya sadar bukan kepahitan dari racun yang membuat saya sakit tapi ketergantungan atas iming iming rasa manis madu yang membuat saya terluka. 

Saya sembuh. Saya tidak lagi memerlukan getaran untuk bisa bahagia mencintai. Manisnya cinta memberi saya pelajaran dan pahitnya patah hati menjaga saya untuk tidak berpikiran sempit. Logika, saya libatkan dalam memaintain keinginan hati, membuat pikiran saya jauh lebih terbuka. Pemahaman saya tentang cinta semakin baik begitupun penerimaan terhadap rasa sakit dari patah hati. Definisi kata cinta bukan cuma bermetamorfosis tapi juga berevolusi dengan baik. Cinta bukan hanya tentang kebahagian yang bergetar. Cinta itu tentang rasa cukup, rasa cukup yang membuat kita bersyukur, bersyukur atas perasaan damai yang membuat kita bahagia karena kita merasa cukup dicintai dan mencintai.



No comments:

Post a Comment