Berapa hari dalam sebulan kamu
bekerja?
Lima hari dalam seminggu. Kurang
lebih dua puluh dua hari. Tapi sebelum Ibuku masuk Rumah Sakit, aku bekerja
hampir setiap hari, 8 – 12 jam sehari, kadang nyaris 18 jam.
Apakah kamu masih tinggal bersama
Ibumu?
Iya, setidaknya sebelum Beliau
meninggal.
Apa pembicaraan terakhirmu bersama
Ibu?
Beliau bercerita sambil terbata-bata
dengan suara serak bahwa kakaknya datang
mengunjunginya di ICCU Rumah Sakit dan kemudian menangis ketika
melihatnya. Aku ingat aku berkali-kali
memintanya mengulang jawabannya karena aku tidak dapat mendengar ucapan Beliau
dengan jelas. Seharusnya aku mendekatkan telingaku ke mulutnya.
Kapan terakhir kali kamu
bersenang-senang bersama Ibumu?
Entahlah. Aku tidak dapat
mengingatnya. Tapi aku ingat kapan aku terakhir melihatnya tersenyum. Ketika
aku mengunjunginya pagi-pagi di Rumah Sakit sebelum aku berangkat ke kantor,
sehari sebelum Beliau masuk ke ICCU.
Apa makanan kesukaan Ibumu?
Aku baru menyadarinya sekarang bahwa
aku tidak pernah benar-benar tahu makanan kesukaan Ibuku. Aku hanya sibuk
meminta Beliau masak makanan kesukaanku. Tidak jarang, Beliau merelakan
makanannya untukku. Merelakan tas yang baru Beliau beli untukku. Merelakan
perhiasan-perhiasannya untukku.
Kapan terakhir kali kamu makan bersama
ibumu?
Aku tidak ingat kapan merasa makan
bersamanya. Makan bersama hanya berarti aku dan Beliau makan dalam waktu yang
bersamaan. Dalam diam. Di depan televisi. Aku tidak ingat kapan terakhir
berbincang saat makan bersama Beliau. Tapi aku ingat menyuapinya saat Beliau di
ruang ICCU Rumah Sakit.
Pernahkah kamu berkata pada ibumu
bahwa kamu mencintainya?
Pernah. Satu hari sebelum Beliau
meninggal. Ku berbisik di telinganya. Sambil menangis. Beliau hanya menjawabnya
dengan anggukan sambil memejamkan mata. Tanpa sekalipun menoleh ke arahku.
Apa yang dapat membuat ibumu senang?
Buah tangan. Apapun itu. Beliau
senang dibelikan makanan cemilan. Beliau juga senang meminta barang-barang
seperti sandal, tas atau pakaian. Dan aku sering kali menolaknya dengan argument Beliau sudah
memiliki banyak sendal, tas dan pakaian. Untuk apalagi, jawabku sedikit ketus
padanya. Aku lebih memikirkan kesehatannya ketimbang kesenangannya. Seharusnya aku tetap memperhatikan kesenangannya.
Membelikan sendal sebanyak yang Beliau inginkan. Membelikan tas dan pakaian
sebanyak yang Beliau pinta. Seandainya saja waktu bisa kembali.
Apa yang akan kamu lakukan jika
punya kesempatan makan bersamanya?
Aku akan mengajaknya ke tempat makan
yang mewah. Tidak peduli walau harga makanannya sebesar satu bulan gajiku. Lalu
aku akan mengatakan padanya bahwa masakan Beliau jauh lebih enak ketimbang
makanan mahal di restoran itu.
Aku akan melayaninya
seperti Beliau melayani saat aku kecil. Aku akan mematikan ponselku dan mendengarkan
Beliau bercerita tentang apapun itu. Walau berjam-jam lamanya. Aku akan
menertawakan kenangannya yang lucu. Aku akan membuatnya tertawa sepanjang
malam.
Di penghujung malam, aku
akan berlutut di hadapannya. Aku akan meminta maaf untuk semua kesedihan yang
aku sebabkan. Aku akan meminta maaf karena tidak memberikan waktu untuknya
sebanyak waktu yang telah Beliau berikan padaku. Aku akan minta maaf untuk malam-malam aku
pulang terlalu malam dan membuat Beliau cemas. Aku akan minta maaf untuk
hari-hari Beliau yang telah kurepotkan dengan urusan-urusanku. Aku akan minta
maaf untuk semua hal yang telah membuat Beliau tidak berkenan padaku.
Lalu aku akan memeluk
Beliau erat. Sangat erat. Dan aku akan mengucapkan terima kasih untuk semua
upayanya membesarkan aku selama ini. Untuk semua waktunya. Untuk semua air
matanya. Untuk semua tangis dan tawanya. Untuk semuanya. Aku akan mengatakan
padanya bahwa aku sangat bangga memilikinya sebagai seorang Ibu dan aku sangat
mencintainya.
Sudahkah Anda mengatakan pada Ibu
Anda bahwa Anda mencintainya? Lakukanlah. Sekarang juga.
*tulisan ini merupakan jawabanku bila Aku diberikan pertanyaan-pertanyaan seperti pada iklan restauran ini*
No comments:
Post a Comment