Tuesday, November 24, 2015

Tentang Manusia

Menurut Aristoteles kita adalah hewan berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pikiran. Dikatakannya juga Manusia adalah makhluk yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya, sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir. Selain itu juga menyatakan bahwa manusia sebagai binatang yang tidak pernah selesai atau tak pernah puas (das rucht festgestelte tier). Artinya manusia tidak pernah merasa puas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Berdasarkan pernyataan filsuf tersohor tersebut dan dari hasil pengalaman hidup saya. Saya tidak lagi melihat pernyataan Aristoteles itu sebagai sifat dasar yang semuanya mutlak dimiliki manusia. Saya mulai memetakan manusia berdasarkan sifat dan naluri dasarnya dan saya membaginya menjadi 3 golongan manusia berdasarkan minat dan kepuasan (emosi)nya.

Golongan pertama adalah manusia yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya dan berbicara berdasarkan akal pikirannya. Golongan kedua adalah manusia yang menaruh minat yang besar terhadap hal-hal yang berhubungan dengannya. Golongan ketiga adalah manusia yang tidak pernah merasa puas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan pengelompokan itu terjadilah bentrokan kepentingan sehingga terbentuklah sebuah pilihan pilihan.

Golongan pertama yang merasa punya hak atas kuasa dirinya sendiripun memilah akalnya agar pemikirannya tidak menyebabkan tindakan/pendapat yang bisa menyulitkan dirinya atau orang lain. Disini terjadi pilihan pilihan dalam proses berpikir, tentunya didalam kepala golongan ini selayaknya ruang meeting dengan suara suara saling menyangkal atau menyetujui dalam rangka proses mengeluarkan pendapat. Dan secara tidak disadari, golongan kedua menjadi penyebab lunturnya estetika pemikiran golongan pertama kalau golongan pertama ini tidak punya minat yang sangat kuat.

Golongan kedua dan minatnya yang besar pada hal hal yang berkaitan dengannya menjadikannya sebagai manusia penuntut ulung. Karena menaruh minat yang besar terhadap orang orang disekitarnya, golongan ini juga kerap kali mengeksekusi minat dan keinginan orang lain. Maka tak heran golongan ini memiliki banyak ‘boneka barbie’ yang dibentuk berdasarkan keinginannya untuk memuaskan minatnya. Golongan ini kadang tidak perlu punya kepentingan dalam mengatur ‘barbie’nya ini, bahkan kadang mereka cuma focus terhadap kepentingan ‘barbie’nya dalam upaya menyempurnakan kepuasan minatnya. Tuntutan tuntutannyapun tidak semuanya buruk bagi ‘barbie’nya, tapi caranya mengatur ‘barbie’ ini yang membuat ‘barbie’ ini tidak punya hak untuk punya keinginan lain. ‘Barbie’ ini sebenernya adalah tuan atas dirinya sendiri tapi karena nilai nilai yang ditanamkan oleh si empunya, dia lebih memilih diperbudak oleh keinginan orang lain. 

Kita dilahirkan ke dunia dengan tujuan hidup masing masing dan kebutuhan yang berbeda pula. Golongan ketiga yang tidak pernah puas dalam memenuhi hidupnya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kepuasaannya, mereka tidak lagi berpikir, manusia mempunyai tujuan dan kebutuhan yang berbeda dalam setiap kondisinya. Golongan ketiga ini akan merasa terpuaskan ketika kebutuhan hidup orang lain adalah memuaskan kebutuhannya. Mereka tidak suka penolakan, mereka punya berbagai cara dan strategi untuk membuat orang mengikuti kebutuhannya. Mereka buta terhadap aturan aturan dimasyarakat. Berbeda dengan golongan kedua, tujuan golongan ketiga ini murni untuk kepentingan dirinya sendiri makanya mereka tidak peduli jika orang  lain menderita demi untuk memenuhi kepuasaanya. Mereka ada dimana mana disekitar kita, mereka bisa berwujud sebagai siapa saja dalam keseharian kita. Kadang mereka memeluk erat kita dan dengan cara halus tapi terus menerus memasukan keinginan keinginannya hingga kita melupakan keinginan kita sendiri.

Life is about an option. Begitu katanya. Kita bisa memilih untuk menjadi golongan tertentu dalam memenuhi kebutuhan yang menjadi tujuan hidup kita tapi idealnya kita harus tetap peduli dengan pendapat, minat dan kebutuhan orang lain. Sulit memang untuk tidak bertindak egois tapi kita punya self control yaitu hati nurani. Sekiranya dalam proses memenuhi tujuan hidup, kita tidak kehilangan nurani kita, hal paling hakiki yang Tuhan berikan.


No comments:

Post a Comment