Monday, September 26, 2016

Aku Telah Terpinang

Wajah tampan dengan rupa menawan duduk tertegak di hadapan ibuku. Tiada satu cela dalam rupa fisikmu. Semua begitu tampak sempurna. Senyum sesekali menghiasi lekuk bibirmu. Sudahlah, yakin dan pastilah ibuku akan menyetujui niat kehadiran serta kedatanganmu di rumah ini.

Tidak jauh dari dudukmu, di belakang punggung ibuku, aku menunduk. Terkadang mata ini mencuri pandang, sekedar untuk menelusuri parasmu. Hanya kagum semata, tidak ada tampak hasrat bergetar. Logikaku sebisa mungkin aku genggam erat-erat, agar tidak terlepas dan tergantikan dengan perasaan yang meragu. Tuhan, seperti inikah Engkau ciptakan sebuah kerumitan hati?

Kamu sedang berkata-kata di hadapan keluarga besarku tentang niat baikmu kepadaku. Bahasa yang lugas, tutur kata yang tegas, sebaris seirama dengan seragam korps kebanggaanmu. Ada rasa bangga di mata ibuku, kakak-kakakku, dan keluarga besarku. Dalam pikiran mereka, kamulah yang diidam-idamkan, diangan-angankan. Tapi tidak, bagiku.

Usai kamu berbicara, semua pandangan tertuju padaku. Aku harus setuju, aku harus mengangguk. Iya, selanjutnya, aku telah terpinang.

No comments:

Post a Comment