Diamku karena mencintaimu.
Mencintaimu dalam diam karena segala
yang riuh sudah kulakukan.
Mencintaimu dalam sunyi seperti suasana malam di
bagian sepertiganya.
Kamu adalah kesepianku di saat aku
lelah dengan segala bentuk keramaian.
Diamku karena merindukanmu.
Aku sudah tak sanggup lagi
melantangkan suara rindu.
Aku hanya ingin bertemu, memelukmu
sampai berpeluh.
Tanpa ada kata-kata, tangis dan tawa.
Merasakan dan menikmatimu dalam diam,
dengan mata terpejam, dan dengan sebaris senyuman.
Diamku karena mendengarkanmu.
Aku sangat menikmati saat kamu
bercerita.
Tutur kata yang berirama, membentuk
nada tinggi berapi-api diselingi nada rendah penuh nasihat.
Sungguh tidak layak bagiku untuk
menyanggah dalam ribuan komentar.
Diamku sangat terpuaskan hanya dengan
mendengar, menyimak, dan menatapmu dengan penuh takjub.
Sejujurnya, bibir ini tidak malas untuk
berbicara, berteriak, dan bergunjing.
Sejujurnya pula, bibir ini tidak
enggan untuk mencaci, menghasut, dan berbisik-bisik.
Kamu dan kalian terganggu dengan
diamku?
Semoga saja tidak.
Karena berbicara di waktu dan tempat
yang benar adalah berlian.
Sedangkan berbicara di waktu dan tempat yang salah adalah sia-sia.
No comments:
Post a Comment